Harga Naik, Warga Saibi Fokus Tanam Pinang

Harga Naik Warga Saibi Fokus Tanam Pinang Kebun pinang warga di Saibi, Siberut Tengah, Mentawai. (Foto: Patrisius/Mentawaikita.com)

SAIBISAMUKOP--Harga jual biji pinang di Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah cukup membantu peningkatan ekonomi, harganya capai Rp25 ribu, namun kini turun kembali rata-rata pada posisi harga Rp18 ribu, meski turun harga pinang tersebut termasuk tinggi dibanding tahun sebelumnya hanya Rp5 ribu.

Salah seorang petani lain di Dusun Sirisurak, Ateng Sapoijai misalnya, saat ini tengah sibuk berladang. Jenis tanaman yang saat ini digelutinya pinang. “Dulu isi ladang saya coklat, karena kena penyakit kemudian saya ganti dengan pinang, harga pinang saat ini cukup bagus, pernah harganya mencapai Rp25 ribu per kilogram,” ujar Ateng.

Ateng memang sejak dulu sudah memiliki lahan berbagai jenis tanaman seperti karet, coklat, namun saat ini dia sedang fokus untuk memperbanyak tanam pinang, tanaman pinang untuk perawatannya cukup muda dan harganya pun saat ini sudah jauh lebih baik dari pada tahun sebelumnya.

“Jadi sekarang ini kita fokus pinang, sekarang harga pinang berkisar Rp16 ribu Rp20 ribu di Saibi sebelumnya ada Rp9 ribu sampai Rp10 ribu, waktu kami panen itu ada harga mulai Rp2 ribu hingga Rp5 ribu per kilogram sekira itu 2006,” ucap Ateng.

Hasil jual pinang diprioritaskan untuk anak-anaknya yang sekolah, kemudian untuk kebutuhan keluarga. “Jadi kalau dulu pinang ini tidak terlalu dipedulikan tetapi sekarang sudah bisa membantu peningkatan perekonomian keluarga, dan membiayai anak-anak sekolah” kata Ateng.

Turunnya harga pinang saat ini karena dipengaruhi dari harga dari pengepul di pusat kecamatan dan pengepul di Padang. “Selama ada corona ini pengaruh yang sangat tinggi, kadang penekanan dari harga oleh penampung hasil bumi ini, tapi untuk harga saat ini masih termasuk baguslah,” kata Ateng.

Raimundus Saguruk, warga Kaleak, Desa Saibi Samukup juga saat ini sudah membuka lahan untuk tanaman pinang. Selain pekerjaan menanam pinang dia juga menyambi untuk pergi memancing untuk kebutuhan lauk di rumah .

“Sekarang ini kami menanam pinang, setelah ini beraktivitas lagi seperti memancing, karena sekarang sekarang harga pinang Rp18 ribu per kilogram, menambah untuk beli kebutuhan di rumah dan kebutuhan lain,” kata Raimundus.

Kemudian Martinus Labu Laheu, warga Dusun Sibudda Oinan, Desa Saibi Samukop juga sedang fokus menanam pinang. pinang yang ditanam saat ini ada sekira 300 batang di ladangnya. “Kegiatan saya saat ini sedang menanam pinang, rata-rata kami masyarakat di sini sudah ada tanaman pinang, karena harganya cukup bagus,” kata Martinus.

Selain menanam pinang dia juga bekerja sebagai seorang nelayan. “Selain bertani saya pergi melaut, kalau ikan tidak ada di rumah kami pergi beli memancing, untuk kebutuhan di rumah, kalau ada ikan yang dapat dijual juga bisa kami langsung jual ke penampung, tetapi harganya sekarang turun,” kata Martinus.

Harga jual ikan saat ini turun dan ikan yang laku kadang tak dijual ke penampung ikan karena harganya murah. “Kalau jual ikan sekarang ke penampung itu Rp 15 ribu, jadi kadang dari pada rugi kami bawa pulang ke rumah saja,” katanya.

Kemudian Jamin, warga Dusun Totoet, Desa Saibi Samukop, kini dia juga sedang sibuk merawat pinangnya di lahan baru sekira 300 batang, kini pinang yang ditanam di lahan baru sudah berumur sekira 1 tahun.

Di tempat lain Jamin juga sudah membuka ladang sejak 2016 dan harga pinang pada waktu itu sekira Rp6 Ribu, namun kini harga pinang di Totoet Rp16 ribu, jika dijual ke pusat kecamatan senilai Rp18 ribu.

Pinang yang ditanam sering kena hama tikus. “Kadang penyakit pinang ini dimakan tikus sejak masih umur 3 bulanlah, dan untuk harga pinang saat ini mencukupi untuk kebutuhan keluarga,” ujar Jamin.

Jika pada saat panen kata dia mencapai 2 karung ukuran 50 kilogram dan jika diuangkan mencapai Rp800 ribu. “Kalau sekali panen sudah cukuplah untuk kebutuhan keluarga di rumah dan juga biaya anak sekolah,” ucapnya.

Jamin menilai di Mentawai banyak komoditi yang dapat menjadi uang, pengaruh lain juga karena harganya yang kadang turun, tetapi banyak masyarakat di Mentawai tidak fokus menanam tanaman yang bernilai ekonomi.

“Kadang kita di Mentawai itu sistem berladang yang tidak fokus, selalu berpindah-pindah, ketika laku ini kemudian kejar tanaman lain, ketika laku tanaman lagi berpindah lagi untuk berkebun jadi tidak fokus, tetapi kalau fokus pada suatu tanaman pasti akan berhasil,” ucap Jamin.

BACA JUGA